Pusat Unggulan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PUPAR LPPM) Unud menugaskan dua peneliti yakni Dr. I Made Sarjana, SP., M.Sc. dan Ir. Putu Nila Kencana, MT untuk menggali data terkait Studi Kelayakan KSPU Teluk Triton. Dua peneliti tersebut melaksanakan observasi, wawancara, presentasi hingga berpartisipasi saat penutupan Festival Noken 2021, Senin (6/12) di Taman Kota Kaimana. Warga Kaimana menyambut hangat dan bersahabat kehadiran dua peneliti PUPAR pada acara tersebut, mereka dipanggil ke panggung kehormatan bersama undangan lain dari unsur Muspida Kaimana untuk dihadiahi kenang-kenangan noken oleh pimpinan Sanggar Mokasenat.
Usai pemberian hadia oleh Pimpinan Sanggar Mokasenat Rikhardo Farisa, Tim PUPAR diminta ikut serta menari tifa panjang bersama seluruh undangan dan penari dari lima sanggar yang berparisipasi pada kegiatan tersebut. Mereka pun ikut bergoyang dan menghentakkan kaki mengikuti alunan musik khas Papua. Ir. Putu Nila Kencana, MT mengaku sangat terkesan dengan cara warga Kaimana mengajak dia berbaur dalam kemeriahan pesta budaya lokal. “Event semacam ini perlu diperbanyak untuk menunjang aktivitas wisata, sehingga wisatawan mendapat pengalaman berkesan saat berkunjung ke Kaimana, termasuk Teluk Triton. Festival budaya menguatkan argumentasi bahwa Teluk Triton sangat layak dikembangkan sebagai kawasan strategis pariwisata unggulan alias KSPU,” ungkap dosen FMIPA Unud itu. Sementara itu, Dr. I Made Sarjana menambahkan festival noken ini mempertegas diversifikasi daya tarik wisata. “Karena wisatawan dapat belajar banyak hal disini maka kegiatan ini memberi pengalaman unik bagi wisatawan alias mereka mendapatkan something to learn,” tuturnya.
Sementara itu, Tim PUPAR mempresentasikan laporan akhir studi kelayakan KSPU Teluk Triton dihadapan pemangku kepentingan pariwisata Kabupaten Kaimana. Dalam acara yang dipandu Kabid Pelestarian Budaya Dan Daya Tarik Wisata Disbudpar Kaimana Jafar Werfete, S.Sos, M.M, Tim PUPAR memaparkan analisis kelayakan KSPU Teluk Triton dari aspek baik daya tarik (attractions), aksesibilitas (accessibilities), amenities, serta ancillaries alias 4A, serta keterlibatan masyarakat lokal. “Kesimpulannya, Teluk Triton sangat layak dijadikan KSPU atau destinasi pariwisata, memang ada beberapa aspek yang perlu dibenahi dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya namun hal tersebut tidak dapat menganulir kesimpulan dari analisis kelayakan ini,” papar Dr. I Made Sarjana mengakhiri presentasi.
Tanggapan peserta diskusi cukup beragam, ada yang pesimis mampu memenuhi persyaratan seperti meningkatkan kualitas aksesibilitas, partisipasi masyarakat hingga kelembagaan. Alasannya, APBD Kabupaten Kaimana yang sangat kecil sehingga sangat kesulitan untuk membangun BTS untuk peningkatan jaringan komunikasi atau aksesibilitas digital, di samping belum padunya kordinasi dan kolaborasi antar organisasi pemerintah daerah. Mantan Wakil Bupati Kaimana Ismail Sirfefa, S.Sos., M.A. menyatakan keluhan beberapa peserta diskusi dapat dimaklumi. “Kabupaten Kaimana yang dibentuk bersamaan dengan Kabupaten Raja Ampat memang perlu banyak pembenahan untuk percepatan pembangunan khususnya di sektor pariwisata. Raja Ampat sudah go internal sedangkan Kaimana masih jalan di tempat. Saat saya dipercaya menjabat wakil bupati upaya-upaya itu sudah kami lakukan dengan mengundang seniman perfilman nasional untuk memproduksi film dalam upaya meningkatkan citra Kaimana sebagai destinasi, hanya saja karena beberapa kendala rencana itu belum terealisasi,” tutur kandidat doktor ilmu lingkungan itu. Bapa Ismail menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada PUPAR Unud yang telah terlibat aktif dalam proses perencanaan kepariwisataan Teluk Triton. Diharapkan, studi kelayakan itu dilanjutkan pada kegiatan berikutnya sehingga pembangunan pariwisata Teluk Triton punya tahapan yang jelas dan terukur.
Tokoh masyarakat Kampung Lobo, Teluk Triton Yanca Lobo yang pada temu stakeholder kepariwisataan Kaimana, 17 November 2021 melontarkan kritik tajam dan pedas bahwa ide pembangunan pembangunan pariwisata sebatas wacana dan mengabaikan warga Kampung Lobo sebagai ‘’pemilik” Teluk Triton. “Kalau Teluk Triton dianalogikan Teluk Triton sebagai gadis cantik, kalau mau sentuh seharusnya bapak-bapak minta ijin kepada orang tuanya terlebih dahulu,” ujar Bapa Yance waktu itu. Dalam presentasi laporan akhir warga Kampung Lobo itu sikapnya sangat positif dan bangga karena Tim Pupar sudah datang ke Kampung Lobo untuk melihat dari dekat kondisinya. “Setelah saya mendengar presentasi bapak-bapak dan penjelasan bapak terkait ide-ide pemberdayaan masyarakat Kampung Lobo. Saya berani menyatakan bahwa pembangunan pariwisata Teluk Triton memberi secercah harapan buat kami warga Kampung Lobo,” ujar Yanca Lobo lirih seraya menyatakan kepada peserta diskusi yang lain bahwa Tim PUPAR yang terlibat pada kajian tersebut kini sudah sahabat yang akan membantu warga Kampung Lobo secara tulus.
Dr. I Made Sarjana menyatakan dirinya bersama Ir. Putu Nila Kencana, MT sudah berkunjung ke Kampung Lobo, pada Minggu (5/12) dan berdiskusi secara hangat dan mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dalam diskusi di kediaman Ketua Badan Permusyawaratan Kampung (BAMUSKAM) Lobo Danyel Warensi terbersit ide membentuk kelompok sadar wisata. Warga Kampung Lobo, Frans Muvara yang kebetulan ASN di Disbudpar Kaimana diminta menginisiasi pembentukkan Pokdarwis yang didampingi Tim PUPAR.
Ketika mendampingi Tim PUPAR menaiki anak tangga seribu di Pantai Siam Merawas, Kampung Lobo menuju menara pandang menaikmati pemandangan alam pulau kars, Frans Muvara berdiskusi terkait nama Pokdarwis yang akan dibentuknya. Frans Muvara menyatakan Lobo Bermartabat kemungkinan dipilih dalam menggorganisasi dan memberdayakan warga Kampung Lobo di sektor pariwisata. Alasannya, warga Kampung Lobo memiliki potensi besar di sektor pariwisata namun tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Kalaupun ada pemasukan ke kas Kampung Lobo dari kapal pesiar yang melintas, kondisi itu dikarenakan tokoh masyarakat lokal melakukan negosiasi secara tegas. Jika tidak ada negosiasi, lanjutnya, tidak ada kontribusi dari operator kapal pesiar. “Melalui pokdarwis kami berharap warga Kampung Lobo dihargai karena kontribusi besar dalam pembangunan Pariwisata Teluk Triton. Jadi warga Kampung Lobo menjadi lebih bermatabat,” tutur alumni S1 Ekonomi pada sebuah perguruan tinggi di Kota Fak-Fak itu. Dr. I Made Sarjana menyetujui keputusan tersebut, karena kata bermartabat juga sangat relevan dengan nilai-nilai hisoris Kampung Lobo, dimana Burung Garuda yang menjadi lambing NKRI. Lambang tersbut telah mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Fran menyadari nama Lobo Bermartabat masih perlu didiskusikan secara mendalam dengan para tetua kampung sebelum digunakan secara resmi sebagai nama pokdarwis. Pada observasi tersebut, Tim PUPAR berkesempatan melihat dari dekat aktivitas masyarakat, tempat-tempat bersejarah seperti Fort de Bus dan Gunung Amansiri yang dalam mitos menjadi tempat bersarang burung garuda.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaimana Usman Fenetiruma, S.Pd, M.M saat beramahtamah dengan Tim PUPAR pada penutupan Festival Noken menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kesediaan PUPAR membantu pelaksaan kajian kelayakan Teluk Triton. “Kelemahan kami dalam mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan sapta pesona, kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan masih sangat perlu ditingkatkan,” ujarnya dalam obrolan singkat saat Tim PUPAR berpamitan. (dre)