Pusat Unggulan Pariwisata (PUPAR) Universitas Udayana mendampingi pengembangan dua Desa Wisata Rintisan di wilayah Provinsi Bali. Dua desa yang sedang antusias bertransformasi jadi desa wisata adalah Desa Babahan, Penebel, Kabupaten Tabanan dan Desa Amerta Bhuana, Selat, Kabupaten Karangasem.
Tiga peneliti Pupar Unud yakni I Nyoman Ariana, M.Par; Agus Muriawan Putra,M.Par dan I Made Sarjana, M.Sc terjun ke kedua desa tersebut untuk melaksanaan pendampingan yang dimulai April 2021 ini. Mereka terjun ke Desa Babahan pada Sabtu (10/4), dan menjelajah Desa Amerta Bhuana pada Sabtu (17/4) lalu.
Sekretaris Pupar Nyoman Ariana, M.Par yang memimpin tim kecil menjelaskan dua rekan kerjanya tersebut aktif berkomunikasi dengan pihak desa untuk menginisiasi kerja sama antara desa dan Pupar. Agus Muriawan, lanjutnya, berkomunikasi dengan Desa Babahan, Penebel dan Made Sarjana menjadi narahubung dengan Desa Amerta Bhuana. “Pupar merespon permintaan dari dua desa untuk memberikan pendampingan, kegiatan ini sebagai realisasi program kerja Pupar bidang pengabdian masyarakat. Semoga kami bisa memenuhi harapan masyarakat di dua desa tersebut,” tegasnya.
Ditemui terpisah Perbekel Babahan I Made Sukapariana, SE. dan Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara Arsana menyatakan pihaknya memiliki keinginan sejak lama untuk membangun sektor pariwisata di wilayah masing-masing. Hanya saja, kata mereka, pihaknya tidak tahu harus melakukan apa dan kepada siapa meminta saran atau pertimbangan dalam memulai pengembangan desa mereka menjadi desa wisata. “Sejak masa jabatan pertama saya punya ide mengelola potensi Babahan sebagai daya tarik wisata namun nggak jadi-jadi, saya sempat patah semangat setelah ketemu Pak Agus dari Pupar semangat kami pulih kembali,” Ujar Made Sukapariana saat menerima rombongan Pupar. Komunikasi yang efektif antara pihak kantor Desa Babahan dan Pupar sejak pertengahan tahun 2020 sudah mencapai kemajuan yakni terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Babahan Lestari dan Desa Babahan saat ini sedang menunggu SK Desa Wisata dari Bupati Tabanan.
Hal yang sama disampaikan Perbekel Amerta Bhuana Wayan Suara Arsana yang memiliki gagasan pengembangan pariwisata di desanya sejak beberapa tahun lalu. “Kadang saya ragu, apa mungkin Desa Amerta Bhuana yang dipojok jalannya sempit tidak bisa dilalui kendaraan besar bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Setelah saya merenungkan Taman Edelweis di Desa Besakih yang jalannya sempit ternyata bisa mendatangkan wisatawan antara 2000-3000 perhari saat sebelum Covid-19 kayaknya bisa dibangun pariwisata di Amerta Bhuana, tetapi saya tidak tahu harus meminta bantuan siapa untuk mendokrinasi masyarakat disini agar bersemangat membangun pariwisata,” papar I Wayan Suara Arsana.
Ditengah kebuntuan situasi, kata Wayan Suara Arsana, mengontak salah seorang warganya I Nengah Bakti untuk dibantu mencarikan orang atau lembaga yang bersedia datang ke Desa Amerta Bhuana memberikan motivasi membangun kepariwisataan. “ Pada Selasa (6/4) saya bisa menjalin komunikasi dengan Pak Made Sarjana sahabatnya Pak Nengah Bakti, dan hari ini Sabtu (17/4) Pak Made Sarjana dan Pak Agus Muriawan hadir memberikan ceramah tentang apa itu pariwisata dan peluang pengembangannya kepada perangkat Desa Amerta Bhuana tanpa dibayar. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada bapak Made dan bapak Agus serta Pupar Unud yang telah bersedia membantu kami,” tutur Wayan Suara Arsana dihadapan 30 peserta yang menghadiri pertemuan tersebut.
Agus Muryawan Putra, M.Par mengaku adrenalinnya terpacu mengetahui ada warga desa minta betemu untuk mendiskusikan wisata perdesaan. “Desa Amerta Bhuana sangat mungkin dikembangkan sebagai desa wisata, karena desa ini memiliki segalanya yang dapat disajikan sebagai paket wisata. Optimislah Bapak/Ibu di desa ini bahwa pariwisata dapat dibangun disini. Desa ini memiliki potensi alam, budaya dan warganya sangat kreatif terbukti punya ovop (one village one product) gula semut (gula merah) dan air minum kemasan Amerta Bhuana,” tegas pendamping Desa Wisata Tista, Kerambitan Tabanan itu. Ditekankan, pengembangan desa menjadi desa wisata bukan semata-mata untuk melayani wisatawan yang datang ke desanya. Pemerintah desa, lanjutnya, harus membangun desa dengan konsep sapta pesona ATBSIRNA (Aman, Tertib, Bersih, Sehat, Indah, Ramah dan Kenangan) untuk melayani warganya terlebih dahulu. Jika warganya sudah merasa bahagia hidup di desa otomatis akan terpencar ke warga luar, wisatawan pun tertarik datang ke desa. Artinya, kehadiran wisatawan menjadi bonus atas pembangunan yang memuliakan warga desa tersebut. Agus Muryawan Putra berharap Desa Babahan dan Desa Amerta Bhuana segera terdaftar sebagai Desa Wisata Rintisan.
Mengakhiri pertemuan dua peneliti Pupar Unud yang hadir di Amerta Bhuana menyampaikan buah tangan. Agus Muryawan Putra menyerahkan produk industri rumah tangga yang dikelolanya berupa kopi dan teh dalam berbagai merek, dan I Made Sarjana menyampaikan dua buku yang diterbitkan Pupar yakni Buku Agrowisata: Pariwisata Berbasis Pertanian dan Buku Kajian Subak Sembung. “Buku ini saya serahkan untuk mempertebal optimism Bapak dan Ibu menginventarisasi potensi desa dan mengembangkannya sebagai daya tarik wisata,” kata Made Sarjana singkat.
Dampak dari pertemuan peneliti Pupar dengan perbekel dan staf di masing-masing desa terbut sangat nyata. Desa Babahan sudah merealisasikan lintasan wisata air tubing sepanjang 900 meter. “Kami mengundang peneliti Pupar untuk mencoba jalur tubing ini,” kata I Made Sukapariana yang dihubungi via whatapps Senin (19/4). Dalam waktu yang bersamaan Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara Arsana menyatakan pihaknya sudah mengumpulkan volunteer di desanya untuk membentuk pokdarwis. “Kami sudah rapat dan sepakat membentuk pokdarwis yang rencananya diberi nama Pokdarwis Amerta Giri, Desa Amertha Bhuana,” tuturnya seraya meminta Pupar bersedia mendampingi langkah demi langkah pembentukan Desa Wisata Amerta Bhuana ke depannya.
Sekretaris Pupar I Nyoman Ariana, M.Par menyambut baik harapan perbekel di dua desa tersebut. Pupar, katanya, siap ngayah (mengabdi) mendamping warga desa mentransformasi desanya sebagai desa wisata. Sebagai bagian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unud memiliki visi dan misi yang diaktualisasikan melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di samping itu, pihak Pupar selalu berkomunikasi dengan kalangan industri pariwisata maupun lembaga swadaya masyarakat untuk berkolaborasi dalam pemberdayaan masyarakat dari bidang kepariwisataan. “Pupar banyak mendapat kepercayaan untuk mendorong percepatan pembangunan dalam berbagai aspek, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten maupun desa. Jadi peneliti Pupar diharapkan siap bergerak dalam segala medan dan cuaca,” tutur Dosen Fakultas Pariwisata Unud itu. Dia menceritakan peneliti Pupar dalam tiga tahun terakhir sudah menjelajah nusantara seperti Bali, Pulau Jawa, NTB, NTT, Papua, maupun Kalimantan serta Sumatra. Pupar, kata Ariana, terlibat dalam penyusunan masterplan pariwisata di Pantai Lampu Satu, Papua (2019), masterplan tiga daya tarik wisata (Sentra Pariwisata Batoq Tenevang, Air Terjun Long Melaham dan Air Terjun Kelekup) di Kabupaten Mahakam Ulu, Kaltim (2020), dan Tahun 2021 ini sedang mengerjakan kajian pariwisata berkualitas di tiga destinasi super prioritas (DSP) Borobudur, Danau Toba dan Labuan Bajo. Akademisi pariwisata asal Desa Songan Kintamani ini menyatakan akan mengusulkan kepada forum peneliti Pupar agar Desa Babahan dan Desa Amerta Bhuana ditetapkan Pupar sebagai desa wisata binaan. (Sar)