Dinas Pariwisata Kota Denpasar masih kesulitan dalam menetapkan data kunjungan wisatawan yang menjadi tamu di ibukota Provinsi Bali tersebut.

Selama ini data kepariwisataan di Denpasar antara satu instansi dengan instansi yang lain berbeda-beda. Kepala Dinas Pariwisata Denpasar Ir. M.A. Dezire Mulyani, M.Si meminta peneliti pariwisata yang tergabung padan Pusat Unggulan Pariwisata Unud untuk membantu mensinkronisasi kepariwisataan yang ada. “Kami ingin ada data yang valid menggambarkan kondisi riil kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Denpasar,” tegas Dezire, M.Si. saat menerima rombongan Peneliti Pupar Unud di kantornya, Selasa (19/12/19). Ditambahkan, perbedaan data wisatawan berkunjung dan menginap di Denpasar dari sejumlah instansi berpengaruh terhadap penyusunan kebijakan pembangunan pariwisata. Pembangunan fasilitas penunjang pariwisata maupun pemasarannya, lanjutnya, tidak dapat direncanakan dengan baik karena data dasar kepariwisataan tidak menyakinkan.
Sekretaris Pupar Unud Nyoman Ariana, M.Par. menyambut baik kebijakan Diparda Denpasar memperbaiki kualitas data kepariwisataan Kota Denpasar. Pupar Unud, kata Dosen Fakultas Pariwisata Unud ini, memiliki sejumlah peneliti yang mumpuni melaksanakan kajian tersebut. Dicontohkan, Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. Sebagai peneliti Pupar yang analisis kuantitatifnya sangat kuat, sehingga kegiata kajian terhadap profil wisatawan dipercayakan pada Guru Besar FP Unud itu untuk menggarapnya. “Saya yakin kajian profil Wisatawan Kota Denpasar Tahun 2019 ini dapat menjadi tonggak perbaikan pencatatan kunjungan wisatawan dan banyaknya wisatawan menginap di Denpasar,” katanya.


Prof. Antara menjelaskan metodelogi kajian profil wisatawan di Denpasar yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Dijelaskan, jumlah kunjungan wisatawan di Kota Denpasar relatif rendah dibandingkan sejumlah kabupaten lain di Provinsi Bali. “Banyak daya tarik wisatawa di Denpasar tidak tercatat kunjungan wisatawannya. Di sepanjang Pantai Sanur tenyata tidak ada data akurat terkait jumlah wisatawan, karena data yang dicatat berdasarkan data penjualan karcis parker. Kalau pola ini bias diperbaiki tentu, jumlah kunjungan wisatawan akan tinggi,” tutur Prof. Antara. Ditambahkan, bila DTW Sanur dikelola dengan mengenai karcis masuk maka data kunjungan wisatawan lebih akurat dan pendapatan Kota Denpasar. (*)