Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana (PUPAR Unud) dipercaya Kemenparekraf RI untuk melakukan kajian pengembangan pariwisata berkualitas di tiga destinasi super-prioritas (DSP) di Indonesia dalam tahun anggaran 2021. Ketiga DSP tersebut adalah Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo.
Kesepakatan tersebut dicapai pada rapat Tim Kajian Strategis Kemenparekraf dan Tim Peneliti Pupar Unud di Kantor Pupar, Gedung LPPM Lt 2 Kampus Unud Bukit Jimbaran (10/3/2021).
Pada rapat tersebut Tim Kajian Strategis Kemenparekraf dipimpin secara daring Direktur Kajian Strategis Wawan Rusiawan, dan Tim Peneliti Pupar dipimpin Ketua Pupar Dr. Agung Suryawan Wiranatha.
Kajian terhadap 3 DSP

Wawan Rusiawan menjelaskan kajian terhadap 3 DSP diharapkan dapat dapat menjelaskan seberapa penting jenis-jenis potensi pariwisata alam, budaya, dan buatan dalam pengembangan pariwisata berkualitas. Pariwisata berkualitas berdasarkan perspektif ekonomi, kata Wawan Rusiawan, dapat dibedah dengan indikator seberapa besar pangsa pasarnya, apa saja benefit-nya, serta siapa saja target pasarnya.
“Kajian ini mesti dapat merumuskan indikator pariwisata berkualitas. Indikator ini penting sebagai acuan menilai sebuah DTW dapat diumumkan (declare) sebagai parwisata berkualitas kendati skala ekonominya tidak sama satu dengan yang lainnya,” ujar Wawan Rusiawan.
Dijelaskan, telah terjadi pergeseran sedikit demi sedikit dari pariwisata massal ke pariwisata berkualitas, namun pergeseran itu tidak terencana dan sistematis karena tekad dan pemahaman pemangku kepentingan pariwisata tidak sama kuatnya. Oleh karena itu kriteria pariwisata berkualitas perlu dirumuskan sebagai alat yang tepat dalam memperkuat pemahaman apa itu pariwisata berkelanjutan.

Kendati demikian, katanya, pengembangan pariwisata berkualitas tidak serta merta menghilangkan pariwisata massal yang memilik pangsa pasar tersendiri.
Tolok Ukur Bali
Wawan Rusiawan menegaskan Bali dapat menjadi tolok ukur (bench marking) dalam pengembangan pariwisata berkualitas, untuk mengukur seberapa besar pangsa pasarnya dan seperti apa bentuk pengelolaan dan target pasar pariwisata berkualitas.
Peneliti Kajian Setrategis Kemenparekraf, Tatang Rusata menamabahkan Bali dapat menjadi motor pariwisata berkualitas sehingga pariwisata berkualitas dapat menjadi arus utama. Peran bali sebagai motor penggerak pariwisata berkualitas pada 5 DSP, yang juga disebut “Bali Baru”.
Lebih jauh, Tatang menyampaikan wabah covid-19 selain musibah juga dapat dimaknai sebagai berkah, aktivitas pariwisata yang terhenti membuat para pelaku pariwisata introspeksi diri atau mengevaluasi pengelolaan destinasi kearah pariwisata berkualitas.
“Jadi pandemic covid-19 dapat diartikan sebagai akselerator pengembangan pariwisata yang lebih ramah lingkungan,” tegasnya.
Green Tourism
Ketua Pupar Dr. Agung Suryawan setuju terhadap ide menjadikan Bali menjadi tolok ukur pengembangan pariwisata berkualitas. Alasannya Bali sudah mulai sertifikasi green tourism pada hotel-hotel di ITDC Nusa Dua sejak tahun 2004.
Di samping itu, Bali tercatat sebagai satu-satu provinsi yang telah menetapkan standarisasi usaha pariwisata.
“Meprediksi pangsa pasar pariwisata berkualitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan data lama yakni jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebelum pandemic covid 19. Metodenya dengan mencari persentase wisatawan mancanegara yang menginap di hotel-hotel bersertifikat green tourism,” tegas Agung Suryawan.
Dijelaskan, PUPAR Unud telah melakukan berbagai penelitian berkaitan dengan preferensi wisatawan seperti kepuasan dan loyalitas wisatawan, wisata diving, cultural based tourism, nature based tourism. Hasil-hasil kajian tersebut dapat dijadikan alat bantu dalam analisi pariwisata berkualitas (sar).