Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) menyampaikan apresiasi atas kerja keras para peneliti dan pegawai yang tergabung di Pusat Unggulan Iptek Pusat Unggulan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PUI-PUPAR LPPM) Unud tetap semangat berkarya di era pandemi Covid 19. Salah satu karya besarnya yakni penyelenggaraan The 4th Bali Internasional Tourism Conference (BITC). Unud bangga jadi penyelenggara konferensi bertaraf international membahas mengenai isu-isu pariwisata akibat Covid-19.
Demikian pernyataan Rektor Raka Sudewi saat membuka The 4th Bali International Tourism Conference Sabtu (7/11) sore melalui saluran zoom meeting. Konferensi ini diselenggarakan Pusat Unggulan Pariwisata Unud, bekerjasama dengan Prodi S2 dan S3 Pariwisata Fakultas Pariwisata Unud dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Rektor Raka Sudewi menyatakan bangga karena civitas akademika Unud selalu punya semangat tinggi dalam berkarya walau di tengah pandemi. Dikatakan pandemi Covid-19 telah menimbulkan situasi ketidakpastian dalam bisnis pariwisata, Universitas Udayana melalui Pusat Unggulan Pariwisata berupaya memberi kontribusi positif pada proses recovery Bali pada era new normal. Sementara itu Ketua Panitia konferensi Nyoman Ariana, M.Par bersama Ketua Pupar Dr. Agung Suryawan Wiranatha menyatakan konferesi ini dilakukan secara daring dengan melibatkan enam pembicara utama baik keynote speaker dan invited speraker. Tiga diantaranya pembicara internasional yakni Guru Besar Tilburg University Belanda Prof. Greg Richards, ahli pariwisata Noel Salazar dari Belgia dan ahli food tourism dari India Saurabh Kumar Dixit. “Konferensi ini diikuti 53 pemakalah yang akan mempresentasikan makalahnya pada parallel session,” tegas Nyoman Ariana.
Sementara itu, Menparekraf Republik Indonesia Wishnutama Kusubandio, ketika tampil sebagai keynote speaker pertama mengungkapkan pandemi Covid-19 mengakibatkan aktivitas kepariwisataan berjalan sangat lamban, banyak usaha-usaha pada industri pariwisata harus menghentikan operasionalnya. Kondisi ini sebagai akibat dari menurunnya jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan manca negara maupun nusantara. Dalam upaya membangkitkan sektor pariwisata, Kemenparekraf tahun ini menyalurkan hibah pariwisata lebih dari Rp. 3 Triliyun rupiah.
Hal ini sebagai implementasi kebijakan Presiden Joko Widodo dalam menangani dampak Covid-19 terhadap dunia pariwisata. Ada tiga kebijakan yakni proteksi sosial terhadap pekerja pariwisata, realokasi anggaran Kemenparekraft, serta memberikan stimulus ekonomi. Kebijakan ini diambil karena pengangguran di sektor pariwisata meningkat tajam akibat Covid-19. Tercatat ada 13 Juta pekerja di sektor pariwisata dan 34 Juta pekerja diluar sektor pariwisata namun bertalian dengan aktivitas pariwisata kehilangan pekerjaan yang harus mendapat perhatian serius. Oleh karena itu, stimulus ekonomi dikeluarkan pemerintah RI dengan anggaran lebih dari 24 Miliar Dollar AS untuk menguatkan masyarkat dapat bertahan melewati krisis.
Secara khusus Kemenparekraft telah meluncurkan berbagai program. Satu diantaranya, Kemenparekraf mendukung kampanye prilaku hidup sehat, yang dalam sektor pariwisata diformulasikan dalam program pengelolaan destinasi dan daya tarik wisata dengan standar cleanliness, healthy, safety, and environmental sustainability (CHSE) protocol. “Ada juga penyaluran bantuan kebutuhan pokok, peningkatan hygienitas dan sanitasi lingkungan. Saat ini Kemeparekraf senilai Rp. 3,3 Triliyun untuk membantu meringankan beban pemerintah daerah dan pengusaha pariwisata (hotel, restoran, serta pengelola daya tarik),” tegas Wishnutama.
Selanjutnya Wishnutama berharap konferensi dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk membantu pemerintah menangani dampak negatif pandemic Covid-19. Dikatakannya, energi dan inspirasi positif yang mengemuka dalam diskusi dapat menghasilkan solusi yang diharapkan. “Kami sangat mengapresiasi semangat para peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Unud, untuk tetap melaksanakan konferensi di tengah pandemi,” tegar Wishnutama. Ditambahkan, tema konferensi Tourism and Creative Economy in Respon to Pandemic Covid-19 sangat relevan dengan situasi saat ini. Dalam bisnis pariwisata kreativitas pemasaran digital menjadi sangat penting dimana setiap destinasi mengembangkan pemasaran elektronik sehingga kreativitas kontet digital permintaannya sangat tinggi.
Wishnutama menekankan Bali tetap menjadi destinasi wisata terkemuka di Indonesia dan pemerintah sudah melaksanakan berbagai program untuk mempercepat pemulihan kembali (recovery) aktivitas keparisataan di Bali dalam dua bulan terakhir. Upaya ini, katanya, cukup berhasil terbukti sudah ratusan ribu wisatawan bekunjung ke Bali. Indikasinya, penerbangan sudah mulai ramai seperti Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Denpasar sudah ada 17 kali penerbangan dalam sehari, dari sebelumnya hanya satu atau dua kali penerbangan saja.
Dua keynote speaker lainnya Wakil Gubernur Bali Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si (Tjok Ace), dan Peneliti Pupar Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc. Tjok Ace menegaskan pariwisata dan ekonomi kreatif harus tumbuh bersama karena saling mempengaruhi satu sama lain. Pariwisata dapat mendorong tumbuhnya ide-ide baru untuk menumbuhkan ekonomi kreatif, sebaliknya kagiatan ekonomi kreatif dapat dijadikan atraksi wisata baru. Pemerintah Provinsi Bali siap bekerja dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan protokol kesehatan di sektor pariwisiata sehingga pelaksanaan aktivitas wisata di era new normal dapat berjalan baik.
Sementara itu Prof. Pitana menjelaskan pola perjalanan wisata di era pandemi mengalami perubahan. “Stay-vication, menjadi trend baru perjalanan wisata, sehingga menjadi tantangan khusus bagi pengelola daya tarik wisata. Sekarang orang cendrung melakukan perjalanan wisata di dekat tempat tinggalnya, seperti orang yang tinggal di Denpasar cukup berwisata ke Bedugul atau Kintamani yang hanya butuh waktu satu atau setengah hari dan kembali ke rumah,” tuturnya. Waktu berwisata yang pendek ini akibat masa pandemi ini pendapatan masyarakat menurun drastis bahkan tidak ada pemasukan. Stay-vacation pun menjadi bentuk wisata memanfaatkan uang secara bijaksana. (Sar)