Tim peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Unud menyajikan hasil penelitian “Kajian Pemulihan Pariwisata Indonesia Melalui Pariwisata Berkualitas” di hadapan pejabat Kementerian Parekraf, Jumat, 16 Juli 2017, secara daring.
Presentasi diikuti 60 orang lebih terdiri atas peneliti dari Direktorat Kajian Strategis Kemenparekraf dan Bank Indonesia yang dipimpin Direktur Kajian Strategis Wawan Rusiawan. Tim peneliti Unud terdiri atas Dr. AAP Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc.(Ketua), Prof. Dr. Nyoman Darma Putra, Dr (C) Nyoman Ariana, Dr. IBG Pujaastawa, Ir. Agung Raka Dalem, M.Sc. dan Made Sajana, M.Sc.
Menurut Dr. Agung Suryawan, Pusat Unggulan Pariwisata Unud bersyukur diberikan kepercayaan oleh Kementerian Parekraf untuk melakukan penelitian penting ini. Penetapan pelaksanaan kontrak penelitian dilaksanakan Mei 2021, dilanjutkan beberapa kali meeting secara online untuk membahas proposal dan rancangan penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilaksanakan bulan Mei dan Juni 2021.
Penelitian dilakukan atas tiga wilayah destinasi wisata superprioritas (DSP) yaitu DSP Danau Toba, DSP Candi Borobudur, dan DSP Labuan Bajo. Dua DSP lainnya, yaitu Mandalika (Lombok) dan Likupang yang belum sempat dilakukan kajian karena pertimbangan pandemi.
Tim telah melaksanakan penelitian lapangan ke ketiga tempat tersebut dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi terpumpun (Focus Group Discussion).
Pada saat turun ke lapangan, Tim mengedarkan kuesioner yang hasilnya kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui tingkat kualitas ketiga DSP.
Laporan Kemajuan
Acara pembahasan hasil penelitian yang berlangsung dua jam lebih itu menyampaikan intisari hasil penelitian. Dalam presentasinya, Dr. Agung Suryawan menyampaikan latar belakang, metode, dan tujuan penelitian.
Menurut Agugn Suryawan, penelitian ini menggunakan metode Importance and Performance Analysis (IPA) dengan experts judgement (penilaian oleh ahli). Analisis ini digunakan untuk menilai tingkat kepentingan dan kinerja menggunakan Skala Likert.
Untuk penentuan prioritas strategi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan experts judgement melibatkan 5-10 orang ahli.
Hasil penelitian menunjukkan dari 12 Faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas destinasi pariwisata di Indonesia ternyata faktor lingkungan harus mendapatkan prioritas penanganan segera. Hal ini teridentifikasi dalam kajian pariwisata berkualitas di tiga Destinasi Super Prioritas (DSP) yakni Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo.
Pada Kluster Borobudur (Magelang) ada lima strategi prioritas yang direkomendasikan tim peneliti Pupar yakni Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan alam; peningkatan kebersihan dan sanitasi lingkungan destinasi; peningkatan kontribusi pariwisata terhadap kelestarian lingkungan alam; perbaikan sistem pengelolaan limbah dan sampah; peningkatan kemampuan adaptasi usaha wisata terhadap pandemi Covid-19.
Hal yang mirip terjadi di DSP Toba, dimana strategi peningkatan kebersihan dan sanitasi lingkungan destinasi direkomendasikan menjadi prioritas pertama. Di DSP Labuan Bajo ditetapkan prioritas pertamanya pada strategi perbaikan sistem penyediaan air bersih, dan peningkatan kebersihan dan sanitasi lingkungan destinasi ada pada prioritas nomor tiga. Pada Kluster DIY-Prambanan strategi prioritas utamanya sedikit berbeda yakni peningkatan kesehatan masyarakat (public health).
Strategi umum pengembangan DSP menuju pariwisata berkualitas harus memperhatikan lima faktor yakni Faktor Lingkungan Alam (Ekosistem), SDM Pariwisata, Partisipasi Masyarakat dan Manfaat Ekonomi, Faktor Kebijakan Pemerintah dalam Sistem Pengelolaan Pariwisata, dan Faktor Pemulihan Pariwisata. Faktor Pemilihan Pariwisata menjadi sangat penting untuk diperhatikan peningkatan kemampuan adaptasi usaha wisata terhadap Pandemi Covid-19; dan peningkatan daya tahan (resilience) terhadap krisis Pandemi Covid-19.
Diskusi dan Apresiasi
Staf Ahli Menteri Parekraf Dr. Frans Teguh, juga Peneliti Direktorat Kajian Strategis Kemenparekraf Faruk, dan Wahyu mengapresiasi hasil kajian yang dipaparkan tim Pupar yang dinilai memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proses pembangunan pariwisata berkualitas di Indonesia.
Dr. Frans Teguh yang menjadi Staf Ahli Menteri bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi menyatakan kelemahan kajian belum menyentuh aspek permintaan (persepsi wisatawan) dalam menentukan kriteria pariwisata berkualitas. Faruk meminta “resep” penanganan sampah untuk mendorong percepatan pariwisata berkualitas, dan Wahyu mengharapkan perbaikan aspek intangible seperti perbaikan kompetensi SDM Pariwisata.
Dr. Agung Suryawan mengakui kajian yang dilakukan belum menggali persepsi wisatawan untuk mencermati proses pengembangan pariwisata berkualitas dari aspek permintaan.
“Masa pandemic Covid 19, kami kesulitan mencari wisatawan sebagai responden namun persepsi pelaku wisata yang lama melayani wisatawan juga telah memberikan gambaran tentang permasalahan di masing-masing DSP,” ujarnya.
Tim peneliti lainnya Prof. Darma Putra menjelaskan kesimpulan penting yang dicapai kajian tersebut, Ketiga DSP sudah on the right track menuju pariwisata berkualitas. Alasannya ada tiga hal: (a)
Keunikan dan keunggulan daya tarik masing masing ; (b) Hadirnya badan pengelola otorita tiap tiap DSP sudah memiliki badan otorita pengelolaan (BOP) yang sudah bekerja mengembangan masing
masing DSP; dan (c) Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang sudah dan terus direncanakan dan dikerjakan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR. Percepatan pembangunan DSP sudah dan sedang terjadi di ketiga DSP terutama dalam hal pembangunan fisik
Sementara dua Agung Bayulaksono dan Evy Marya Deswita S yang tercatat sebagai peneliti dari Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI menyatakan hasil kajian pariwisata berkualitas Pupar menjadi pembanding kajian serupa yang dilakukan sebelumnya.
“Hasil kajian ini bagus, perspektif yang berbeda dapat melengkapi hasil kajian kami tentang topik yang sama,” tandas Agung Bayulaksono (*)